Menilik keadaan ekonomi
di Indonesia, terhitung Februari 2015 sebanyak 5,81 persen dari seluruh
penduduk di Indonesia mengalami pengangguran. Angka ini meningkat jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (BPS, 2015)
Banyak faktor yang
memungkinkan terjadinya pengangguran, salah satunya adalah faktor pendidikan.
Tidak semua seberentung mahasiswa yang mendapat pendidikan layak sampai jenjang
yang tinggi, banyak dari mereka yang tidak mengenyam pendidikan yang baik
dengan alasan faktor ekonomi. Membantu orangtuanya berjualan, mengamen, bahkan
faktor ekonomi ini pendorong yang sangat kuat dalam terjadinya tindak kriminal
seperti pencurian dan perampokan.
Pada zaman ini, semua
bergantung pada uang. Siapa yang kaya dia diutamakan, siapa yang tidak berada
dia tidak diprioritaskan. Banyaknya lapangan kerja yang tersedia juga tidak sebanding
dengan populasi, sementara semua perusahaan tentu menginginkan sumber daya
manusia terbaik untuk bekerja di perusahaan itu, lalu bagaimana dengan
orang-orang yang belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang
sama? Inilah yang menyebabkan banyak masyarakat kurang berpendidikan memilih
bekerja di luar negeri sebagai buruh, pembantu rumah tangga, kuli bangunan, dan
pekerjaan keras lainnya. Bahkan tidak jarang mereka menerima tindak seksual dan
kekerasan. Tapi apa yang bisa dilakukan negara untuk melindungi mereka? Mereka
memang memiliki hak perlindungan, namun mereka juga sudah mengerti sejak awal
risiko-risiko apa saja yang bisa saja didapatkan ketika kita bekerja di negeri
orang. Begitu pula dengan para pekerja, mereka tentu sudah tahu risiko apa yang
mungkin akan didapatkan jika bekerja dibawah perusahaan, bekerja dibawah
tekanan seorang pimpinan. Ada juga saat-saat dimana kelelahan telah memuncak
dan mencapai titik jenuh hingga terpikirkan untuk berhenti bekerja. Jika
berhenti, lalu bagaimana cara supaya mendapatkan keuntungan tanpa adanya
tekanan dari pemimpin? Disinilah pentingnya jiwa entrepreneur.
Pengusaha adalah
seseorang yang mampu memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya
ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih
tinggi (Cantillon, Richard). Mudahnya, seorang entrepreneur adalah orang yang mampu mengembangkan ide-idenya dalam
bentuk nyata dan dapat menghasilkan keuntungan.
Menjadi entrepreneur artinya bekerja sesuai
dengan keinginan kita, sejalan dengan pikiran kita, tanpa ada faktor atasan dan
semacamnya. Kita sendiri yang menggerakkan usaha itu, baik tidaknya usaha itu
akan terlaksana karena effort yang
kita berikan.
Dengan membuat usaha
sendiri, kita dapat membuat lapangan pekerjaan yang menguntungkan untuk diri
sendiri. Kita dapat mengatur sesuai kehendak tanpa adanya batasan-batasan
mengingat kita adalah pemilik dari usaha tersebut. Selain itu, kita dapat
menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Seperti yang kita ketahui, jumlah
penduduk di Indonesia termasuk yang terbanyak di dunia sementara lapangan
pekerjaan yang tersedia tidak cukup untuk menampung sebagian kecil
masyarakatnya sehingga timbullah pengangguran. Dengan menjadi entrepreneur kita dapat menciptakan
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang kurang beruntung
tersebut.
Namun pada zaman ini,
pengetahuan bukan satu-satunya ilmu yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Teknologi
juga sangat berpengaruh mengingat betapa besar influence-nya terhadap perkembangan sumber daya manusia. Penggunaan
teknologi sendiri sudah tidak bisa dipungkiri. Dapat dilihat dari masyarakat Indonesia
sendiri, seluruh kalangan baik orang tua, remaja, maupun anak-anak menggunakan
barang-barang elektronik yang terus berkembang seiring majunya teknologi.
Menjadi orang biasa
saja tidak cukup untuk menghadapi kemajuan dunia, seorang entrepreneur yang
berbasis teknologi sangat dibutuhkan jika ingin bekerja sesuai dengan kehendak,
bertanggungjawab, dan tidak tertinggal majunya dunia. Disinilah peran technopreneurship ditunjukkan.
Technopreneur adalah Entrepreneur yang mengoptimalkan
berbagai potensi perkembangan teknologi yang ada sebagai basis
pengembangan usaha yang di jalankannya, atau bisa di bilang Technopreneur ini adalah Entrepreneur
modern yang berbasis pada teknologi dalam menjalankan usahanya. (Mohammad,
Iqbal. 2013)
Ada banyak sekali contoh penerapan technopreneurship seperti perusahaan Google, Facebook, dan yang
sedang hits belakangan ini yakni jual
beli online. Dengan teknologi, melakukan bisnis menjadi lebih mudah dan
efisien, tidak perlu keluar uang lebih banyak tapi dapat menghasilkan profit
terus menerus.
Banyak yang
belum tau bahwa pemerintah juga turut mendukung pengembangan Technopreneurship atau bisnis berbasis
teknologi, itu karena Technopreneur
di Indonesia bisa menjadi tulang punggung pembangunan nasional serta mendukung
kemandirian bangsa, semua itu di katakan oleh menteri Koordinator perekonomian
Hatta Rajasa dalam pidatonya. Menurut beliau, perguruan tinggi harusnya juga
memiliki tugas untuk mencetak orang-orang yang tidak hanya sekedar mencari
lapangan kerja, tapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
mereka mampu menjadi seorang Technopreneur
dan mampu menciptakan sebuah lapangan kerja baru bagi para calon pegawainya,
sehingga diharapkan dapat membawa perubahan kondisi bangsa ke arah yang lebih
baik dalam berbagai bidang. (Mohammad, Iqbal. 2013)
Disamping banyaknya
keuntungan yang bisa didapat, menjadi technopreneur
bukanlah perkara yang mudah. Banyak sekali tantangan yang akan dihadapi.
Menjadi pemilik suatu usaha bukan berarti kita bebas melakukan apapun tanpa
pertimbangan karena tidak ada atasan yang mengawasi, melainkan harus mengamati
dan terus memantau agar sistem tetap berjalan dengan baik dan efisien.
Menjadi technopreneur tidak selalu berhasil
dalam sekali jalan, hampir semua contoh nyata dari para pengusaha sukses
mengalami jatuh bangun yang luar biasa hebat. Seseorang yang tidak memiliki
jiwa entrepreneur yang kuat tidak
akan bisa bertahan menghadapi guncangan ini. Oleh karenanya dibutuhkan motivasi
yang besar sejak awal jika ingin memulai suatu usaha. Selain itu, modal menjadi
technopreneur adalah keberanian. Baik
itu keberanian untuk mencari partner, keberanian untuk menawarkan produk,
keberanian untuk memulai sesuatu, keberanian untuk menghadapi tantangan yang
lebih besar, dan bahkan keberanian untuk gagal.
Technopreneurship dapat membuka lebih luas wawasan kita
tentang teknologi, tentang usaha yang berbasis teknologi, dan tentang sebuah system.
Technopreneur sendiri dapat mengasah
ilmu tentang wirausaha sekaligus teknologi dan dapat terus mengembangkannya
sehingga dapat menjadi sebuah usaha yang besar, usaha yang dapat membangun
struktur ekonomi negara dan mematikan angka pengangguran, dan yang pasti
kepuasan pribadi karena telah mencapai keinginan untuk bekerja kreatif dan
mandiri, walaupun dengan jatuh bangun namun tetap merangkak dan mendapat
kesuksesan.